Jumat, 02 September 2011

magnitudo bintang (Terang Bintang)

Para pengamat dapat menentukan besaran (pancaran) dengan mudah, paling tidak secara kuantitatif. Sebelumnya pada abad ke-2 SM (sekitar tahun 129 SM) seorang astronom Yunani, bernama Hipparchos membuat katalog bintang, dimana bintang dikelompokkan menurut terangnya. Bintang paling terang  berada pada magnitudo 1, kemudian selanjutnya yang lebih lemah pada magnitudo 2, dan seterusnya hingga yang paling lemah berada pada magnitudo 6.

Kemudian definisi ini dubah pertama kali oleh Galileo Galilei yang dengan teleskopnya sendiri, dia menemukan banyak bintang yang lebih lemah daripada magnitudo 6 menurut Hipparchos. Hingga selanjutnya John Herschel mendapatkan bahwa kepekaan mata bersifat logaritmik,  dan dalam hal ini bahwa bintang magnitudo 1 lebih terang 100x dibanding dengan bintang magnitudo 6.

Bisa saya kasih gambaran begini

Dari prinsip John Herschel, mari definisikan garis bilangan di atas!
John Herschel menyatakan => Bintang magintudo 1 lebih terang 100x dibanding bintang magnitudo 6. maka,
1. Untuk tiap selisih 5, maka bintang 100x lebih terang atau lebih lemah.
2. Untuk tiap magnitudo selisih 1, maka bintang akar pangkat 5 dari 100 yang hasilnya kira-kira 2,512
3. Bila mencari kecerlangan bintang dari magnitudo yang diketahui, maka bisa dengan 2,512 pangkat x, dengan x adalah selisih magnitudo bintang.

contoh: lihat pada garis bilangan, bintang A memiliki magnitudo 0 dan bintang B memiliki magnitudo 5, maka selisihnya adalah 5 berarti A:B=100:1
kemudian untuk bintang A dengan D, selisihnya adalah 2. maka A:D=2,512^2:1
silahkan cari sendiri buat yang lain :))


bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar