Tampilkan postingan dengan label out of astronomy. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label out of astronomy. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 September 2011

Su’airah; Wanita Penghuni Surga

Dia adalah seorangshahabiyyat bernamaSu’airah al-Asadiyyah atau yang dikenal dengan Ummu Zufar radhiyallohu’anha. Walau para ahli sejarah tak menulis perjalanan kehidupannya secara rinci, karena hampir semua kitab-kitab sejarah hanya mencantumkan sebuah hadits dalam biografinya, namun dengan keterangan yang sedikit itu kita dapat memetik banyak faedah, pelajaran, serta teladan yang agung dari wanita shalihah ini.

Su’airah al-Asadiyyah berasal dari Habsyah atau yang dikenal sekarang ini dengan Ethiopia. Seorang wanita yang berkulit hitam, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan penuh ketulusan. Ia adalah perumpamaan cahaya dan bukti nyata dalam kesabaran, keyakinan dan keridhaan terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah, Rabb Pencipta Alam semesta ini. Dia adalah wanita yang datang dan berbicara langsung dengan pemimpin orang-orang yang ditimpa musibah dan imam bagi orang-orang yang sabar, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

Dialog mereka berdua telah dimaktub dan dinukilkan di dalam kitab sunnah yang mulia. Telah diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab shahihnya dengan sanadnya dari ‘Atha’ bin Abi Rabah ia berkata, Ibnu Abbas berkata kepadaku, “Inginkah engkau aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku pun menjawab, “Tentu saja.”

Ia berkata, ”Wanita berkulit hitam ini (orangnya). Ia telah datang menemui Nabishallallahu’alaihi wasallam lalu berkata:

“Sesungguhnya aku berpenyakit ayan (epilepsi), yang bila kambuh maka tanpa disadari auratku terbuka. Do’akanlah supaya aku sembuh.” Rasululloh shallallahu’alaihi wasallambersabda:

“Jika engkau kuat bersabar, engkau akan memperoleh surga. Namun jika engkau ingin, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.”

Maka ia berkata:”Aku akan bersabar.” Kemudian ia berkata:”Sesungguhnya aku (bila kambuh maka tanpa disadari auratku) terbuka, maka mintakanlah kepada Allah supaya auratku tidak terbuka.” Maka Beliau shallallahu ’alaihi wasallam pun mendo’akannya. (HR Al-Bukhari 5652)

Perhatikanlah … betapa tingginya keimanan wanita ini. Ia berusaha menjaga hak-hak Allah dalam dirinya. Tak lupa pula mempelajari ilmu agama-Nya. Meski ditimpa penyakit, ia tidak putus asa akan rahmat Allah dan bersabar terhadap musibah yang menimpanya. Sebab ia mengetahui itu adalah sesuatu yang diwajibkan oleh Allah. Bahwasanya tak ada suatu musibah apapun yang diberikan kepada seorang mukmin yang sabar kecuali akan menjadi timbangan kebaikan baginya pada hari kiamat nanti.

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“ Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan diberi pahala tanpa batas.” (QS Az-Zumar :10)

Di dalam musibah atau cobaan yang diberikan Allah kepada manusia terkandung hikmah yang agung, yang dengannya Allah ingin membersihkan hambanya dari dosa. Dengan keyakinan itulah Su’airah lebih mengutamakan akhirat daripada dunia, kerana apa yang ada disisi Allah lebih baik dan kekal. Dan Ketika diberikan pilihan kepadanya antara surga dan kesembuhan, maka ia lebih memilih surga yang abadi. Akan tetapi di samping itu, ia meminta kepada Rasululloh shallallahu ’alaihi wasallam untuk mendoakan agar auratnya tidak terbuka bila penyakitnya kambuh, karena ia adalah waniya yang telah terdidik dalam madrasah ‘iffah (penjagaan diri) dan kesucian, hasil didikan Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, dan menjaga hak Allah yang telah memerintahkan wanita muslimah untuk menjaga kehormatan dirinya dengan menutup aurat. Allah subhanahu wa ta’allaberfirman:

وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (Qs An-Nur: 31)

Su’airah telah memberikan pelajaran penting bagi para wanita yang membuka auratnya, bahwa hendaknya mereka bersyukur kepada Allah ta’alla atas nikmat kesehatan yang telah dilimpahkan kepada mereka. Berpegang dengan hijab yang syar’i adalah jalan satu-satunya untuk menuju kemuliaan dan kemenangan hakiki, karena ia adalah mahkota kehormatannya. Dalam permintaannya, Su’airah hanya meminta agar penyakit yang membuatnya kehilangan kesadarannya itu tidak menjadi sebab terbukanya auratnya, padahal dalam keadaan itu pena telah diangkat darinya! Akan tetapi, ia tetap berpegang dengan hijab dan rasa malunya!

Betapa jauhnya perbandingan antara wanita yang pemalu dan penyabar ini dengan mereka yang telanjang yang tampil dilayar-layar kaca dan terpampang di koran dan majalah-majalah. Tak perlu kita mengambil contoh terlalu jauh sampai ke negara-negara barat sana. Cukuplah kita perhatikan di negara kita tercinta ini saja, banyak kita temukan wanita-wanita telanjang berlalu lalang dengan santainya di setiap lorong dan sudut kota, bahkan di kampung-kampung tanpa rasa malu sedikitpun. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam telah sebutkan perihal mereka ini dengan sabdanya:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“ Ada dua golongan penduduk neraka yang aku belum pernah melihat mereka: satu kaum yang memiliki cemeti seperti ekor sapi dimana mereka memecut manusia dengannya, dan kaum wanita yang berpakaian akan tetapi telanjang, genit dan menggoda, (rambut) kepala mereka seperti punuk onta yang miring. Sungguh mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mendapati baunya, padahal bau surga bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian (jauhnya).” (HR Muslim 5704)

Mereka tak ubahnya seperti binatang yang kemana-mana tak berpakaian karena mereka memang tidak berakal! Keluarnya mereka telah merusak pandangan orang-orang yang berakal. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam juga bersabda tentang mereka:

الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَان

“Seorang wanita itu (seluruhnya) aurat. Apabila ia keluar (rumah) maka setan akan membuat mereka nampak indah di hadapan orang-orang yang memandanginya.” (HR Tirmidzi 1206, dishahihkan al-Albani dalam Shahihul Jami’ no 6690)

Dan sungguh semua itu bertolak belakang dengan fitrah manusia. Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (١٧٩)

“ Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah). Dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan mereka memiliki telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Qs Al A’raf :179)

Demikianlah sosok Su’airah al-Asadiyyah radhiyallahu’anha, wanita yang dipuji Rasulullahshallallahu ’alaihi wasallam akan kesabaran dan ‘iffah (penjagaan diri)nya. Semoga pelajaran agung yang telah diwariskannya dapat menjadi acuan bagi wanita muslimah menuju keridhaan Allah subhanahu wa ta’alla, dan menjadikan kita penghuni surga sebagaimana Su’airah, Aamiin.

Readmore »»

Jumat, 16 September 2011

apakah kita sama dengan setan???

Setan Mau Bunuh Diri Karena Dilaknat

Setan Bisa Berubah Wujud Menjadi Apa Saja, Polisi, Penyanyi, Wanita Cantik, bahkan diri kita sendiri







Setan selalu jadi kambing hitam atas kesalahan-kesalahan manusia


Bulan puasa adalah bulan penuh akting















Manusia sudah bisa berperilaku seperti setan tanpa perlu diajari  











Silahkan renungkan. Apakah kita itu manusia atau setan? semoga bermanfaat


Readmore »»

kisah mengharukan, mandikan aku bunda

Di bawah ini adalah salah satu contoh tragis.



Sering kali orang tidak mensyukuri apa yang diMILIKInya sampai akhirnya

Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep

dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ”Why not the best,” katanya selalu,

mengutip seorang mantan presiden Amerika.



Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum

Internasional di Universiteit Utrecht, Belanda, Rani termasuk salah



satunya. Saya lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran.

Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ‘’selevel”; sama-sama berprestasi,



meski berbeda profesi.

Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf



diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah

kebahagiaan mereka. Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf



pertama hijaiyah ”alif” dan huruf terakhir ”ya”, jadilah nama yang enak

didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud



menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir.

Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan



Rani semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari

satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain.



Setulusnya saya pernah bertanya, ”Tidakkah si Alif terlalu kecil

untuk ditinggal-tinggal? ” Dengan sigap Rani menjawab, ”Oh, saya sudah


mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!” Ucapannya itu

betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani



secara profesional oleh baby sitter mahal. Rani tinggal mengontrol

jadual Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah,



cerdas dan gampang mengerti.

Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata



wayang itu, tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama

besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak.

”Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti.” Begitu selalu

nenek Alif, ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.



Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik.

Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali

menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk

menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini

”memahami” orang tuanya. Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek

minta adik. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan

perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali

ngambek.



Bahkan, tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria.

Maka, Rani menyapanya ”malaikat kecilku”.

Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya

super sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada

keluarga ini.

Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif

menolak dimandikan baby sitter. ”Alif ingin Bunda mandikan,” ujarnya

penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat

diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit

berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut

membujuk Alif agar mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya.

Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut.




Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. ”Bunda, mandikan aku!”

kian lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir,

mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak

lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga.

Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter.

”Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency.”

Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too late. Allah sudah

punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya.



Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor

barunya. Ia shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia

adalah memandikan putranya. Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut,

Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya

sendiri. Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil

terbaring kaku. ”Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif,” ucapnya lirih, di

tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari

sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis.

Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri

mematung di sisi pusara. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu,

berkata, ”Ini sudah takdir, ya kan. Sama saja, aku di sebelahnya

ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga

kan?” Saya diam saja.



Rasanya Rani memang tak perlu hiburan dari orang lain. Suaminya

mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pias, tatapannya kosong. ”Ini

konsekuensi sebuah pilihan,” lanjut Rani, tetap mencoba tegar dan kuat.

Hening sejenak. Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja.



Tiba-tiba Rani berlutut. ”Aku ibunyaaa!” serunya histeris, lantas

tergugu hebat. Rasanya baru kali ini saya menyaksikan Rani menangis,

lebih-lebih tangisan yang meledak. ”Bangunlah Lif, Bunda mau mandikan

Alif. Beri kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif..”



Rani merintih mengiba-iba. Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan

tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah merah yang



menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua.

– Nasi sudah menjadi bubur, sesal tidak lagi menolong.



– Hal yang nampaknya sepele sering kali menimbulkan sesal dan kehilangan yang

amat sangat.



– Sering kali orang sibuk ‘di luaran’, asik dengan dunianya dan

ambisinya sendiri tidak mengabaikan orang-orang di dekatnya yang



disayanginya. Akan masih ada waktu ‘nanti’ buat mereka jadi abaikan

saja dulu.



– Sering kali orang takabur dan merasa yakin bahwa pengertian dan

kasih sayang yang diterimanya tidak akan hilang. Merasa mereka akan



mengerti karena mereka menyayanginya dan tetap akan ada.

MEREKA LUPA BAHWA ALLAH YANG MENENTUKAN SEMUANYA. HIDUP, MATI, RIZQI, JODOH



HANYA ALLAH YANG MENENTUKAN.

– Pelajaran yang sangat menyedihkan.

Readmore »»

cerita tentang anehnya negeri ini

Ini cuman fiktif
dan semua hanya rekaan saja..
.
Takalar, Sulawesi Selatan (29/2/2010) terjadi sebuah ledakan yang diperkirakan disebabkan oleh para teroris. Akibat hal itu 1 tewas, 2 tidak tewas, dan banyak luka luka. "sampai saat ini bantuan tidak kunjung datang. Kami kelaparan dan diare. Akibat para teroris yang jahat itu" ujar bapak kartono, selaku kepala desa. Disamping itu, menurut Bapak Sukamto yang berada di tempat kejadian saat ledakan tersebut terjadi berkata "sebenarnya ledakan tersebut berasal dari tabung gas elpiji 3 kg ketika para teroris tersebut sedang memasak. Jadi bukanlah dari bom yang mereka ledakkan" hal itu dibenarkan dengan ditemukannya lambang pertamina di TKP.

Pimpinan tim Gegana. AKBP Bambang Sudaryono menuturkan "sekarang para teroris tersebut lebih sering menggunakan tabung gas elpiji 3 kg. Karena mereka pikir tabung gas elpiji 3 kg lebih murah daripada harus merakit bom, dan jauh lebih eksplosif dibanding bom itu sendiri". Oleh karen itu, warga dihimbau untuk waspada terhadap orang orang yang memanggul tabung gas elpiji 3 kg, karena disinyalir mereka termasuk salah satu dari gembong teroris.
-TAMAT-

Readmore »»